Selasa, 14 Oktober 2014

cerbung kaya kentang ginawe rawon



PRIMORDIALISME TOKOH WAKHID DAN SANTOSA
DALAM CERITA BERSAMBUNG
 KAYA KENTHANG GINAWE RAWON” KARYA IMAM HIDAYAT
(Sebuah Tinjauan Sosiologi Sastra)
Wacana SKRIPSI
Disusun Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra Dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret 

Disusun oleh :
Restu Sidiq Arga Maulana
C0111025

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
            Karya sastra diciptakan pengarang untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan banyak orang. Adapun tujuannya diciptakan karya satra menurut Melani Budianata yaitu sastra menghibur dengan cara menyajikan keindahan, memberikan makan terhadap kehidupan (kematian, kensengsaraan, maupun kesenangan), atau memberikan pelepasan kedunia imajinasi (2006: 9). Karya sastra bersifat imajinatif atau fiktif, yaitu suatu cerita rekaan yang berangkat dari daya khayal kreatif manusia. Sesuatu yang bersifat imajinatif boleh jadi terjadi dalam kehidupan nyata, karena bagaimanapun juga karya satra merupakan refleksi kehidupan manusia.
            Karya sastra berbentuk rekaan yang dikemas dalam bentuk novel, cerita pendek, ceita bersambung dan lain-lain, memiliki struktur yang membangun cerita tema, alur, penokohan, seting, dan manat. Semua unsur tersebut disebut unsur intrinsik dalam suatu karya sastra. Melalui unsur intrinsik kita akan lebih mudah memahami jalannya cerita serta menangkap apa yang ingin disampaikan atau dipaparkan pengarang dalam suatu cerita. Sedangkan unsur ekstrinsik yaitu unsur luar karya sastra yang meliputi sisi kehidupan pengarang atau kondisi sosial budaya masyarakat sehingga dapat terciptanya suatu karya sastra. Pemahaman unsur ekstrisik suatu karya sastra bagaimanapun, akan membantu dalam hal pemahaman makna karya tersebut. (Burhan Nurgiyantoro, 2005: 24).
                        Menginggat bahwa karya sastra tidak muncul dari situasi kekosongan budaya (Teeuw, 1980:11). Pengarang dalam menciptakan suatu karya sastra mengekspresikan diri dengan menuangkan emosi perasaan melalui sebuah tulisan dengan proses imajinasi. Kekuatan karya sastra dapat dilihat dan dimengerti seberapa jauh pengarang mampu mengungkapkan ekspresi kejiwaan yang tidak sadar itu kedalam sebuah cipta sastra. Membaca sebuah karya satra rekaan berarti menikmati cerita, menghibur diri untuk mendapatkan kepuasan tersendiri entah itu kepuasan batin ataupun pikiran.
                        Sastra merupakan bagian intergral budaya. Pada dasarnya, masyarakat itu sendiri yang memberI makna terhadap sastra, bukan sebaliknya. Sastra juga merupakan bagian kesenian, sedangkan kesenian sendiri merupakan bagian dari budaya. Artinya, sebagai bagian budaya secara keseluruhan, manfaat karya seni diperoleh dengan menikmati unsur-unsur keindahan. Karya seni juga memberi informasi dalam berbagai bentuk, seperti adat istiadat, konflik sosial, pola-pola perilaku, dan sejarah.  Telah banyak karya-karya sastra Jawa modern yang dapat dinikmati seperti novel, cerkak, cerita bersambung dan geguritan. Cerkak dan cerbung bahasa Jawa pada umumnya dimuat di dalam surat kabar dan majalah, cerbung merupakan Cerita pendek atau sering disingkat sebagai cerpen adalah suatu bentuk prosa naratif fiktif. Cerita pendek cenderung padat dan langsung pada tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi yang lebih panjang (Burhan Nurgiyantoro, 2005 : 10). Telah banyak karya-karya satra Jawa yang berupa cerbung yang dihasilkan pengarang Jawa salah satunya adalah cerbung yang berjudul Kaya Kenthang Ginawe Rawon karya Imam Hidayat.
                        Imam Hidayat termasuk pengarang yang produktif. Banyak karya-karya sastra yang  dimuat dalam berbagai media cetak seperti majalah berbahasa Jawa dan media cetak berbahasa Indonesia seperti majalah Jayabaya, Panjebar Semangat, dan lain-lainnya. Karya-karyanya berupa cerkak, artikel, cerkak atau cerpen, cerbung puisi atau geguritan,  serta karangan-karangan lainnya yang berkaitan dengan bidang kasusastran Jawa. Salah satu karyanya adalah cerbung  Kaya Kenthang Ginawe Rawon yang diterbitkan oleh Jaya Baya edisi No.21 pada bulan Januari 2014.
                        Cerbung yang berjudul Kaya Kenthang Ginawe Rawon karya Imam Hidayat menceritakan tentang kehidupan orang Jawa yang mengadu nasip diperantauan dan mempunyai pendirian yang kuat dan teguh walaupun dihadapkan dengan permasalahan dan realita hidup orang Jawa. Cerbung Kaya Kenthang Ginawe Rawon ini termasuk karya sastra resepsi.  Tokoh utama dalam novel tersebut adalah seorang pria dan keluarga besar yang berada di sebuah perantauan. Cerbung Kaya Kenthang Ginawe Rawon bercerita mengenai seorang pria yang selalu berpegang teguh pada prinsip serta memiliki paham yang memegang teguh hal-hal yang dibawa sejak kecil, baik mengenai tradisi, adat-istiadat, kepercayaan, maupun segala sesuatu yang ada di dalam lingkungan pertamanya  cerbung ini memiliki problem yang betentangan degan apa yang menjadi pedoman pertamanya sehingga memaksa untuk meninggalkan apa yang menjadi pedoman awalnya. Cerbung Kaya Kenthang Ginawe Rawon dapat dikatakan karya fiksi modern yang menggambarkan kehidupan masyarakat.
                        Fiksi modern berbeda dengan tradisi sastra yang lama, yang cenderung bersifat moralistik dan yang member tahu masyarakat tentang bagaimana manusia harus hidup. Karya fiksi modern yang serius, menggambarkan bagaimana kehidupan modern dijalani, sekurang-kurangnya menurut pandangan pengarang (Niles Mulder dalam Maria A. Sadjono, 2005: 30). Karya fiksi modern merupakan karya satra yang dibuat bedasarkan kreativitas pengarang, pengarang dapat menyiasati berbagai masalah kehidupan. Karya fiksi juga dapat diartikan sebagai cerita rekaan.
                        Cerbung Kaya Kenthang Ginawe Rawon mengungkapkan persoalan kebudayaan Jawa yang masih dipakai dan diterapkan oleh orang Jawa, malah perhitungan Jawa, Adat pernikahan dan sebagainya masih sangat terasa dalam cerbung ini. Cerbug Kaya Kenthang Ginawe Rawon menarik untuk dijadikan objek penelitian ditinjau dari aspek sosiologis sastra karena banyak menyoroti kehidupan masyarakat Jawa yang peuh diselimuti oleh problem atau persoalan hidup dalam lingkungannya. Kemudian penelitian ini diberi judul: “Primordialisme Tokoh Wakid dan Santosa” dalam Cerbung Kaya Kenthang Ginawe Rawon (Sebuah Pendekatan Sosiologis Sastra)”.